BAB
II
KAJIAN PUSTAKA
A.
Pembelajaran
Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Bahasa
memiliki peran sentral dalam perkembangan intelektual, sosial dan emosional peserta didik, serta
merupakan penunjang keberhasilan dalam
mempelajari semua bidang studi.
Pembelajaran
Bahasa diharapkan membantu peserta didik mengenal dirinya, budayanya dan budaya
orang lain, mengemukakan gagasan dan perasaan, partisipasi dalam masyarakat
yang menggunakan bahasa tersebut, dan menemukan serta menggunakan kemampuan
analisis dan imaginatif yang ada dalam dirinya.
Pembelajaran
Bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta didik untuk
berkomunikasi dalam bahasa Indonesia dengan baik dan benar, baik secara lisan
maupun secara tulis, serta menumbuhkan
apresiasi terhadap hasil karya kesastraan manusia indonesia (Depdiknas , 2006
: 124)
1.
Tujuan
Pembelajaran Bahasa Indonesia di Sekolah Dasar
Mata
pelajaran bahasa Indonesia bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan
sebagai berikut :
1.
Berkomunikasi
secara efektif dan efisien sesuai dengan etika yang berlaku, baik secara lisan
maupun tulis
2.
Menghargai dan
bangga menggunakan bahasa Indonesia sebagai bahasa persatuan dan bahasa negara
3.
Memahami bahasa
Indonesia dan menggunakannya dengan tepat dan kreatif untuk berbagai tujuan
4.
Menggunakan
bahasa Indonesia untuk meningkatkan kemampuan intelektual serta kematangan
emosional dan sosial
5.
Menikmati dan
memanfaatkan karya sastra untuk memperluas wawasan, memperhalus budi pekerti
serta meningkatkan pengetahuan dan kemampuan berbahasa.
6.
Menghargai dan
membanggakan sastra indonesia sebagai khazanah budaya dan intelektual manusia
Indonesia (Depdiknas, 2006 : 125)
2.
Aspek-aspek
Pembelajaran Bahasa Indonesia
Aspek
aspek pembelajaran bahasa Indonesia di SD terdiri dari empat aspek sebagai
berikut :
1. Mendengarkan,
seperti mendengarkan berita, petunjuk, pengumuman, perintah, dan bunyi atau suara, bunyi bahasa lagu, kaset,
pesan, penjelasan, laporan, ceramah, khotbah, pidato, pembicaraan nara sumber,
dialog atau percakapan, pengumuman serta perintah yang didengar dengan
memberikan respon secara tepat serta mengapresiasi sastra berupa dongeng,
cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak, syair lagu,
pantun dan menonton drama anak.
2. Berbicara,
seperti mengungkapkan gagasan dan perasaan , menyampaikan sambutan , dialog,
pesan, pengalaman, suatu proses, menceritakan diri sendiri, teman, keluarga,
masyarakat, benda, tanaman, binatang, gambar tunggal, gambar seri, kegiatan sehari-hari,
peristiwa, tokoh, kesukaan/ketidaksukaan, kegemaran, peraturan, tata petunjuk,
dan laporan, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra melalui kegiatan
menuliskan hasil sastra berupa dongeng cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita
binatang, puisi anak, syair lagu, pantun, dan drama anak.
3. Membaca,
seperti membaca huruf, suku kata, kata, kalimat, paragraf, berbagai teks
bacaan, denah, petunjuk, tata tertib, pengumuman, kemus, ensiklopedi, serta
mengapresiasi dan berekspresi, sastra melalui kegiatan membaca hasil sastra
berupa dongeng, cerita anak-anak, cerita rakyat, cerita binatang, puisi anak,
syair lagu, pantun, dan drama anak.
4. Menulis,
seperti menulis karangan naratif dan normatif dengan tulisan rapi dan jelas dengan memerhatikan tujuan dan ragam pembaca,
pemakaian ejaan dan tanda baca , dan kosa kata yang tepat dengan menggunakan
kalimat tunggal dan kalimat majemuk, serta mengapresiasi dan berekspresi sastra
melalui kegiatan menulis hasil sastra berupa cerita dan puisi (Tw Soclhan, 2008: 4.19)
3.
Ruang
Lingkup
Ruang
lingkup mata pelajaran bahasa Indonesia mencakup komponen kemampuan berbahasa
dan kemampuan bersastra yang meliputi aspek-aspek sebagai berikut:
1.
Mendengarkan
2.
Berbicara
3.
Membaca
4.
Menulis
Pada
akhir pendidikan di SD, peserta didik telah membaca sekurang-kurangnya sembilan
buku sastra dan non sastra ( Depdiknas, 2006 : 125)
B.
Ketrampilan
Berbicara
1.
Hakikat
Berbicara
Menyimak
dan berbicara merupakan kegiatan komunikasi lisan, menyimak adalah kegiatan
komunikasi lisan. Menyimak adalah kegiatan memahami pesan, sedangkan berbicara
merupakan kegiatan menyampaikan pesan melalui bahasa lisan. Berbicara dapat
diartikan sebagai kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi bahasa untuk
mengekspresikan atau menyampikan pikiran, gagasan atau perasaan secaran lisan (Brown dan Yule, 1983) berbicara sering
dianggap sebagai alat manusia yang paling penting bagi kontrol sosial, karena
berbicara merupakan suatu bentuk prilaku manusia yang memanfaatkan
faktor-faktor fisik, psychologis, neurologist, dan linguistik secara luas.
Banyaknya
faktor yang terlihat didalamnya, menyebabkan orang beranggapan bahwa berbicara merupakan
kegiatan yang kompleks faktor-faktor tersebut merupakan indikator keberhasilan
bebicara sehingga harus diperhatikan pada saat kita menentukan mampu tidaknya
seseorang berbicara (Santosa, 2011: 63.4)
Ketrampilan
berbicara mempunyai empat komponen, yaitu menyimak, berbicara, membaca dan
menulis, setiap ketrampilan berbahasa berkaitan erat satu sama lain nya
dengan cara yang beraneka ragam, berbicara adalah suatu keterampilan
berbahasa yang berkembang pada kehidupan anak, yang didahului oleh ketrampilan
menyimak.
2.
Tujuan Berbicara
Pada dasarnya tujuan berbicara
adalah berkomunikasi agar dapat menyampaikan pikiran secara efektif, pembicara
hendaknya mengkomunikasikan makna yang akan dikomunikasikan. Pada dasarnya
berbicara mempunyai tiga maksud umum.
a.
Memberitahukan atau
Melaporkan
Berbicara untuk melaporkan dilaksanakan
bila seseorang itu ingin (1) menjelaskan suatu proses, (2)
menguraikan,mentafsirkan, atau menginterpretasikan suat hal, (3) memberi atau
menanamkan suatu pengetahuan, dan (4) menjelaskan kaitan berbicara untuk
memberitahukan dan mellaporkan bertujuan untuk menambah wawasan dan pengetahuan
pendengar. Untuk itu, pembicara harus mempersiapkan pembicaraannya terlebih
dahulu (Tarigan, 2008: 21).
b.
Menjamu dan
Menghibur
Berbicara
untuk menghibur berarti pembicara menarik perhatian
pendengar dengan cara seperti, humor, spontanisasi, menggairahkan, kisah-kisah jenaka,
petualangan dalam rangka menimbulkan suasana gembira bagi pendengarnya.
c. Membujuk,
Mendesak, dan Meyakinkan
Berbicara di sisni mempuntai tujuan
mempercayai suatu hal dan terdorong untuk melakukannya,
menyakinkan pendengar, disertai pendapat dan fakta atau bukti sehingga
diharapkan sikap pendengar dapat diubah (Tarigan,2008:22).
3.
Wawancara
Keterampilan berbicara merupakan salah satu aspek
keterampilan berbahasa yang diajarkan
di SD. Dalam pembelajaran berbicara yang diadakan di SD pada umumnya
mempelajari bagaimana mengungkapkan pikiran, pendapat, perasaan, fakta secara
lisan dengan menanggapi suatu persoalan, menceritakan hasil pengamatan, atau
berwawancara.
Salah satu metode yang dipakai dalam pengumpulan
data melalui data primer adalah wawancara, definisi dari wawancara menurut para
ahli adalah tehnik mengumpulkan data atau informasi dengan cara bertatap muka
langsung dengan informan agar mendapatkan data lengkap dan mendalam. Wawancara
ini dilakukan dengan frekuensi tinggi (berulang-ulang) secara intensif.
(Ardianto,2011:178)
Definisi diatas juga dikuatkan dengan
definisi yang dikutip dari Kamus besar Bahasa Indonesia wawancara adalah tanya
jawab dengan seseorang yang diperlukan untuk dimintai pendapatnya mengenai
suatu hal, untuk dimuat di surat kabar, disiarkan melalui radio, atau di
tayangkan pada layar televisi
Menelaah
dari definisi menurut kedua ahli di atas adalah wawancara adalah tehnik
pengumpulan data atau informasi dengan cara Tanya jawab dengan bertatap muka
langsung dan biasanya dilakukan dengan frekuensi tinggi atau berulang-ulang.
C. Aktiviitas Belajar
Keaktifan siswa dalam proses
pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa
ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan suasana kelas
menjadi segar dan kondusif, dimana masing - masing siswa dapat melibatkan
kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa akan
mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan mengarah
pada peningkatan prestasi.
Aktivitas belajar merupakan suatu
kegiatan yang dilakukan untuk menghasilkan perubahan pengetahuan-pengetahuan,
nilai-nilai sikap, dan keterampilan pada siswa sebagai latihan yang
dilaksanakan secara sengaja.
Dapat disimpulkan bahwa aktivitas
belajar merupakan segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru
dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di
sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam
proses pembelajaran terciptalah situasi belajar aktif, seperti yang dikemukakan
oleh Rochman Natawijaya dalam Depdiknas(2005 : 31), belajar aktif adalah “Suatu
sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental
intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara
aspek koqnitif, afektif dan psikomotor”.
Keaktifan siswa selama proses
belajar mengajar merupakan salah satu indikator adanya keinginan atau motivasi
siswa untuk belajar. Siswa dikatakan memiliki keaktifan apabila ditemukan
ciri-ciri perilaku seperti : sering bertanya kepada guru atau siswa lain, mau
mengerjakan tugas yang diberikan guru, mampu menjawab pertanyaan, senang diberi
tugas belajar, dan lain sebagainya.
(Rosalia,
2005:4)
Keaktifan
siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara
guru dengan siswa ataupun dengan siswa itu sendiri. Hal ini akan mengakibatkan
suasana kelas menjadi segar dan kondusif, dimana masing – masing siswa dapat
melibatkan kemampuannya semaksimal mungkin. Aktivitas yang timbul dari siswa
akan mengakibatkan pula terbentuknya pengetahuan dan keterampilan yang akan
mengarah pada peningkatan prestasi.
D. Hasil Belajar
Pengertian hasil belajar menurut (Sukmadinata 2005), prestasi atau hasil belajar
(achievement) merupakan realisasi dari kecakapan-kecakapan potensial atau
kapasitas yang dimiliki seseorang. Penguasaan hasil belajar dapat dilihat dari
perilakunya, baik perilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan, keterampilan
berpikir maupun keterampilan motorik. Di sekolah, hasil belajar atau prestasi
belajar ini dapat dilihat dari penguasaan siswa akan mata pelajaran yang telah
ditempuhnya. Alat untuk mengukur prestasi/hasil belajar disebut tes prestasi
belajar atau achievement test yang disusun oleh guru atau dosen yang mengajar
mata kuliah yang bersangkutan.
hasil belajar menurut
Nasution dalam ( Sunarto
2005) mendefinisikan prestasi belajar adalah kesempurnaan yang dicapai
seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat. Prestasi belajar dikatakan
sempurna apabila memenuhi tiga aspek yakni: kognitif (pengetahuan), afektif
(sikap) dan psikomotor (keterampilan), sebaliknya dikatakan prestasi kurang
memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam ketiga kriteria
tersebut.
E. Metode
Demonstrasi
1.
Pengertian Metode Demonstrasi
Kegiatan
belajar mengajar akan lebih bersemangat apabila seorang guru dapat menggunakan
metode yang menarik dan bervariasi dalam mengajar.
Metode
demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan atau
mempertunjukkan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu
yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan
yang dipertunjukkan oleh guru atau sumber belajar lain yang ahli dalam topik
bahasan “ ( Mulyani Sumantri, dalam Roetiyah 2001 : 82 ).
Pendapat
lain menyatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara mengajar dimana seorang
instruktur atau tim guru menunjukkan, memperlihatkan suatu proses ( Roestiyah
N. K 2001 : 83 ).
Menurut
Udin S. Winata
Putra, dkk ( 2004 : 424 ) “ Metode demonstrasi adalah cara penyajian pelajaran
dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu untuk
mempertunjukkan
proses tertentu “.
Sedangkan
menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 54 ) : “Metode demonstrasi adalah
metode yang digunakan untuk memperlihatkan suatu proses atau cara kerja suatu
benda yang berkenaan dengan bahan pelajaran “.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat diambil kesimpulan bahwa metode demonstrasi
menurut penulis adalah cara penyajian pelajaran dengan memperagakan secara
langsung proses terjadinya sesuatu yang disertai dengan penjelasan lisan.
2.
Keunggulan
Menurut
M. Basyiruddin Usman ( 2002 : 46 ) menyatakan bahwa keunggulan dari metode
demonstrasi adalah perhatian siswa akan dapat terpusat sepenuhnya pada pokok
bahasan yang akan didemonstrasikan, memberikan pengalaman praktis yang dapat
membentuk ingatan yang kuat dan keterampilan dalam berbuat, menghindarkan
kesalahan siswa dalam mengambil suatu kesimpulan, karena siswa mengamati secara
langsung jalannya demonstrasi yang dilakukan.
Melalui
metode demonstrasi ini verbalisme dapat dihindari, sebab murid disuruh langsung
memperhatikan bahan pelajaran yang dijelaskan sehingga murid akan lebih mudah
memahami apa yang sedang dipelajari.
Melalui metode demonstrasi, proses
pembelajaran akan lebih menarik, sebab murid tidak hanya mendengar, tetapi juga
melihat peristiwa yang terjadi.
Dengan cara mengamati secara langsung
siswa akan memiliki kesempatan untuk membangdingkan antara teori dan kenyataan.
Metode demonstrasi dapat membuat pengajaran menjadi lebih jelas dan lebih
konkret. Melalui metode demonstrasi ini
murid dirangsang untuk aktif mengamati, menyesuaikan antara teori dengan
kenyataan.
3.
Kelemahan
Walaupun
memiliki beberapa kelebihan, namun metode demonstrasi ini juga memiliki
beberapa kelemahan-kelemahan. Menurut Syaiful Bahri Djamarah ( 2000 : 57 ), ada beberapa kelemahan metode
demonstrasi yaitu
·
anak didik
terkadang sukar melihat dengan jelas benda yang akan dipertunjukkan, tidak
semua benda dapat didemonstrasikan, sukar dimengerti bila didemonstrasikan oleh
guru yang kurang menguasai apa yang didemonstrasikan.
·
Metode
demonstrasi memerlukan persiapan yang lebih matang, sebab tanpa adanya
persiapan demonstrasi bisa gagal dan menyebabkan metode ini tidak
efektif.
·
Metode
demonstrasi memerlukan peralatan, bahan – bahan, dan tempat yang memadai yang
berarti penggunaan metode ini memerlukan pembiayaan yang lebih mahal
dibandingkan dengan ceramah.
·
Metode demonstrasi memerlukan kemampuan dan
keterampilan guru yang khusus, sehingga guru dituntut untuk bekerja lebih
profesional.Ø
Menggunakan metode demonstrasi
memerlukan kesiapan dan perencanaan yang matang disamping memerlukan waktu yang
cukup panjang.
4. Langkah-Langkah Metode Demonstrasi
a. Tahap Persiapan
Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:
1. Rumuskan tujuan yang harus dicapai oleh
siswa setelah proses demonstrasi berakhir.
2. Persiapkan garis besar langkah-langkah
demonstrasi yang akan dilakukan.
3. Lakukan uji coba demonstrasi.
b. Tahap Pelaksanaan
1. Langkah pembukaan. Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal
yang harus
diperhatikan, di antaranya:
a) Aturlah tempat duduk yang memungkinkan
semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.
b) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai
oleh siswa.
c) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus
dilakukan oleh siswa, misalnya siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang
dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.
2. Langkah pelaksanaan demonstrasi.
a) Mulailah demonstrasi dengan
kegiatan-kegiatan yang merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui
pertanyaanpertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik
memperhatikan demonstrasi.
b) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan
menghindari suasana yang menegangkan.
c) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti
jalannya demonstrasi dengan memerhatikan reaksi seluruh siswa.
d) Berikan kesempatan kepada siswa untuk
secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses
demonstrasi itu.
Ada beberapa karakteristik metode
mengajar demonstrasi dan bagaimana hubungannya dengan pengalaman belajar siswa. Prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan dalam
pembelajaran adalah :
1.
Mempersiapkan alat bantu yang akan
digunakan dalam pembelajaran
2.
Memberikan penjelasan tentang topik
yang akan didemonstrasikan
3.
Pelaksanaan demonstrsi bersamaan
dengan perhatian dan peniruan dari siswa
4.
Penguatan (diskusi, tanya jawab, dan
atau latihan) terhadap hasil demonstrasi
5.
Kesimpulan
Kemampuan guru yang perlu diperhatikan dalam menunjung keberhasilan
demonstrasi di antaranya :
1.
Mampu secara proses tentang topik
yang dipraktekkan
2.
Mampu mengelola kelas, menguasai
siswa secara menyeluruh
3.
Mampu menggunakan alat bantu yang
digunakan
4.
Mampu melaksanakan penilaian proses
Kondisi dan kemampuan siswa yang harus diperhatikan untuk menunjang
demonstrasi, diantaranya adalah :
1.
Siswa memiliki motivasi, perhatian
dan minat terhadap topik yang didemonstrasikan
2.
Memahami tentang tujuan/maksud yang
akan didemonstrasikan.
3.
Mampu mengamati proses yang
dilakukan oleh guru
4.
Mampu mengidentifikasi kondisi dan
alat yang digunakan dalam demonstrasi